Bacaan: Maz 133 : 1-3. Ev.Josua J.Sengge,S.Th . Manusia memandang dunia dengan cara yang berbeda.Masa kecil,remaja,dewasa memiliki pandangan terhadap dunia secara berbeda.Tetapi cara pandang Tuhan berbeda.Manusia melihat dunia sebagai persaingan dan peperangan,tetapi Allah memandang indah sebuah kerukunan,ketika semua orang diam bersama dengan rukun.Kerukunan dilambangkan sebagai :
Memantapkan ukhuwah atau persaudaraan antarsesama manusia, pertama kali Al-Qur’an menggarisbawahi bahwa perbedaan adalah hukum yang berlaku dalam kehidupan. Selain perbedaan tersebut merupakan kehendak Ilahi, juga demi kelestarian hidup, sekaligus demi mencapai tujuan kehidupan makhluk di bumi. “Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan. Seandainya Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat, tetapi Allah hendak menguji kamu mengenai pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.” QS Al-Ma-idah [5] 48 Seandainya Allah SWT menghendaki kesatuan pendapat, niscaya diciptakan-Nya manusia tanpa akal budi seperti binatang atau benda-benda tak bernyawa yang tidak memiliki kemampuan memilah dan memilih, karena hanya dengan demikian seluruhnya akan menjadi satu pendapat. Dari sini, seorang Muslim dapat memahami adanya pandangan atau bahkan pendapat yang berbeda dengan pandangan agamanya, karena semua itu tidak mungkin berada di luar kehendak Ilahi. Kalaupun nalarnya tidak dapat memahami kenapa Tuhan berbuat demikian, kenyataan yang diakui Tuhan itu tidak akan menggelisahkan atau mengantarkannya "mati", atau memaksa orang lain secara halus maupun kasar agar menganut pandangan agamanya, “Sungguh kasihan jika kamu akan membunuh dirimu karena sedih akibat mereka tidak beriman kepada keterangan ini Islam.” QS Al-Kahfi [18] 6 “Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang ada di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu akan memaksa semua manusia agar menjadi orang-orang yang beriman?” QS Yunus [10] 99 Ukhuwah dalam praktik Jika kita mengangkat salah satu ayat dalam bidang ukhuwah, agaknya salah satu ayat surat Al-Hujurat dapat dijadikan landasan pengamalan konsep ukhuwah Islamiyah. Ayat yang dimaksud adalah, “Sesungguhnya orang-orang Mukmin bersaudara, karena itu lakukanlah ishlah di antara kedua saudaramu.” QS 49 10. Kata ishlah atau shalah yang banyak sekali berulang dalam Al-Qur’an, pada umumnya tidak dikaitkan dengan sikap kejiwaan, melainkan justru digunakan dalam kaitannya dengan perbuatan nyata. Kata ishlah hendaknya tidak hanya dipahami dalam arti mendamaikan antara dua orang atau lebih yang berselisih, melainkan harus dipahami sesuai makna semantiknya dengan memperhatikan penggunaan Al-Qur’an terhadapnya. Puluhan ayat berbicara tentang kewajiban melakukan shalah dan ishlah. Dalam kamus-kamus bahasa Arab, kata shalah diartikan sebagai antonim dari kata fasad kerusakan, yang juga dapat diartikan sebagai yang bermanfaat. Sedangkan kata islah digunakan oleh Al-Qur’an dalam dua bentuk pertama ishlah yang selalu membutuhkan objek; dan kedua adalah shalah yang digunakan sebagai bentuk kata sifat. Sehingga, shalah dapat diartikan terhimpunnya sejumlah nilai tertentu pada sesuatu agar bermanfaat dan berfungsi dengan baik sesuai dengan tujuan kehadirannya. Apabila pada sesuatu ada satu nilai yang tidak menyertainya hingga tujuan yang dimaksudkan tidak tercapai, maka manusia dituntut untuk menghadirkan nilai tersebut, dan hal yang dilakukannya itu dinamai ishlah. Jika kita menunjuk hadis, salah satu hadis yang populer di dalam bidang ukhuwah adalah sabda Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari sahabat Ibnu Umar “Seorang Muslim bersaudara dengan Muslim lainnya. Dia tidak menganiaya, tidak pula menyerahkannya kepada musuh. Barangsiapa yang memenuhi kebutuhan saudaranya, Allah akan memenuhi pula kebutuhannya. Barangsiapa yang melapangkan dan seorang Muslim suatu kesulitan, Allah akan melapangkan baginya satu kesulitan pula dan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya di hari kemudian. Barangsiapa yang menutup aib seorang Muslim, Allah akan menutup aibnya di hari kemudian.” Dari riwayat At-Tirmidzi dari Abu Hurairah, larangan di atas dilengkapi dengan, Dia tidak mengkhianatinya, tidak membohonginya, dan tidak pula meninggalkannya tanpa pertolongan. Demikian terlihat, betapa ukhuwah Islamiyah mengantarkan manusia mencapai hasil-hasil konkret dalam kehidupannya. Untuk memantapkan ukhuwah Islamiyah, yang dibutuhkan bukan sekadar penjelasan segi-segi persamaan pandangan agama, atau sekadar toleransi mengenai perbedaan pandangan, melainkan yang lebih penting lagi adalah langkah-langkah bersama yang dilaksanakan oleh umat, sehingga seluruh umat merasakan nikmatnya. Penulis Fathoni Ahmad Editor Muchlishon Disunting dari Prof Dr Muhammad Quraish Shihab dalam buku karyanya “Wawasan Al-Qur’an Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat” Mizan, 2000
Isirilis humas kebanyakan tentang dialog antara Ganjar dan warga yang pro, yang sempat mimpi mau beli "mobil mewah" dengan uang "ganti untung". Yang menarik, ada lagi kata-kata kunci yang mirip dengan Kompas dan PBNU yang dikatakan Ganjar: "Sing penting rukun ya, ada yang setuju, ada yang tidak setuju tidak apa-apa. Yang penting rukun.
Oleh Pdt. Supriatno Bacaan Kejadian 2743-46a Selamat pagi, Saudara-saudaraku yang baik. Semoga kita sehat dan meluangkan waktu buat berdoa mengarahkan hati buat firman Tuhan. Puji syukur pada Tuhan. Firman Tuhan di hari akhir pekan ini diambil dari, “Jadi sekarang, anakku, dengarkanlah perkataanku, bersiaplah engkau dan larilah kepada Laban, saudaraku, ke Haran, 44 dan tinggallah padanya beberapa waktu lamanya, sampai kegeraman 45 dan kemarahan kakakmu itu surut dari padamu, dan ia lupa apa yang telah engkau perbuat kepadanya…”Kejadian 2743-46a Saudaraku, setiap manusia memiliki karakter berbeda, termasuk dengan saudara biologisnya. Meskipun lahir dari rahim ibu yang sama, karakter adik- kakak bisa berbeda. Bukan hanya berbeda, malah bisa saling bertolak belakang. Kakaknya pendiam, adiknya cerewet. Adiknya penurut, kakaknya tukang membangkang. Sering karena watak yang berbeda itu menimbulkan sikap yang juga berbeda menanggapi suatu kenyataan. Jika suatu hari ibunya membelikan pakaian. Anak yang cerewet pasti berkomentar panjang dulu, baru dikenakan baju pembelian ibunya. Sedangkan si pendiam, tenang-tenang saja. Dia lihat, dia senang, langsung dia pakai. Yakub dan Esau putra-putra Ishak, keduanya satu sama lain berbeda wataknya. Yakub ambisius, sedangkan Esau suka menyepelekan hal yang berharga. Puncak keperbedaan antar mereka berujung pada konflik panjang dan pahit. Kebencian dan dendam mewarnai perjalanan relasi mereka sebagai kakak-adik. Tidak hanya sebatas mereka berdua. Ishak dan istri terkena imbas mereka. Mereka harus mengalami kepedihan mendalam. Karena mereka harus menelan kenyataan betapa sulitnya nilai persaudaraan menjadi ikatan yang mempersatukan Esau dan Yakub. Hal itu berawal dari ambisi Yakub ingin memperoleh hak dan berkat kesulungan. Sesungguhnya, dalam urutan sebagai anak kedua, hak kesulungan tidak diperuntukkan buatnya. Tapi itu jatah kakaknya Esau. Sayangnya , sesuai dengan wataknya, Yakub berambisi ingin memiliki dan menguasainya. Bahkan, tak segan-segan dengan cara menipu, Yakub nekad menempuhnya. Sementara itu, Esau menganggap remeh hak dan berkat kesulungan. Sampai hal berharga itu, dengan ringannya dia mau barter dengan semangkuk sop kacang merah. Barulah, setelah proses barter terjadi, dia sadar adiknya merugikannya. Sebab, hak kesulungan akan mendatangkan jatah warisan tanah yang luas dan subur. Dengan menukarnya, maka ia sadar ia kehilangan hak warisan itu, oleh sebab telah diperdayai adiknya sendiri. Kesadaran datang terlambat. Termasuk juga Esau. Dia geram dan marah besar atas Yakub. Teganya, Yakub menipunya. Namun Esau tidak mau introspeksi. Sebab bagaimanapun, wataknya yang menyepelekan atas hal yang berharga, ikut memberi andil terjadinya permasalahan dirinya dan adiknya. Esau tumpahkan seluruh sumber kesalahan pada Yakub. Tak heran, ia marah sekali. Saking marahnya ia mau membunuh adiknya. Yakub bisa lolos dan selamat, karena Ishak cepat memintanya pergi ke tempat aman. Dalam hal ini mengungsi ke rumah Laban, saudaranya. Saudaraku, sesuatu yang penting dalam hidup itu tidak semata-mata bersifat bendawi. Persaudaraan yang rukun antar adik-kakak, itu juga sangat berharga. Antar kakak-adik harus dibangun sikap saling menghormat. Dan jangan merugikan salah satu pihak, yang akhirnya menciptakan keretakan dalam relasi. Memang antar kakak dan adik meski lahir dari rahim yang sama, suka menyimpan perbedaan. Perbedaan itu harus dikelola dengan formula yang tepat. Meminjam falsafah Sunda, agar hidup saling tetap harmonis, maka kita harus saling asih, asuh dan asah. Saling mengasihi, saling memperhatikan dan merawat serta saling memperkuat. Tidak boleh drama Yakub dan Esau terjadi di tengah keluarga kita. Sama, jangan sampai terjadi pada anak-anak kita. Persaudaraan yang rukun antar adik-kakak, itulah kerinduan kita. Kita ingin relasi antar saudara tercipta indah. Dengan demikian menjadikan orang tua di masa tua bangga dan bahagia. Bukankah kita tahu bahwa masa tua itu yang dipentingkan bukan berapa banyak jumlah uang di tabungan. Bukan berapa luas lahan yang dimiliki. Tapi, seberapa rukun dan saling mengasihi antar anak-anaknya. Kemarin, ada perayaan lansia nasional. Semoga para lansia berbahagia. Melihat anak dan cucu hidup berdampingan dengan harmonis. Tidak saling berebut harta. Tidak dikuasai sikap saling iri dan benci. Untuk itu, musti belajar dari kesalahan Yakub dan Esau, supaya kita pun tidak mengulang kesalahan yang sama. Tuhan memberkati hidup penuh rukun. Mari kita berdoa, “Tuhan, jadikan kami memberlakukan kasih sejati antar adik-kakak menjadi nyata. Kami berdoa untuk anak-anak, cucu-cucu, para keponakan yang pagi ini menikmati akhir pekan. Tuhan lindungi mereka. Doa ini, kami serahkan kepada-Mu. Kiranya Tuhan berkenan memenuhinya. Amin. SELAMAT HARI LANSIA BUAT PARA OMA DAN OPA.
MenguatkanTali Persaudaraan. Melalui sikap toleransi, setiap orang menghargai yang lainnya dan memberikan rasa kasih sayang yang sama terhadap setiap perbedaan. Dengan begitu, rasa persaudaraan sebangsa dan setanah air pun akan semakin terpupuk. Setiap kelompok juga dapat terhindar dari berbagai jenis perpecahan.
Persaudaraan ukhuwwah dalam Islam dimaksudkan bukan sebatas hubungan kekerabatan karena faktor keturunan, tetapi yang dimaksud dengan persaudaraan dalam Islam adalah persaudaraan yang diikat oleh tali aqidah sesama muslim dan persaudaraan karena fungsi kemanusiaan sesama manusia makhluk Allah Swt.. Kedua persaudaraan tersebut sangat jelas dicontohkan oleh Rasulullah Saw., yaitu mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar, serta menjalin hubungan persaudaraan dengan suku-suku lain yang tidak seiman dan melakukan kerja sama dengan mereka Allah Swt berfirman tentang persaudaraan, إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu yang berselisih dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” QS. al-Hujurat10 Pada ayat di atas Allah Swt. menegaskan dua hal pokok. Pertama, bahwa sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara. Kedua, jika terdapat perselisihan antarsaudara, kita diperintahkan oleh Allah Swt. untuk melakukan iślah upaya perbaikan atau perdamaian. Apa indikasi dari suatu persaudaraan? Rasulullah saw. bersabda, “Demi Allah yang menguasai diriku! Seseorang di antara kalian tidak dianggap beriman kecuali jika dia menyayangi saudaranya sesama mukmin sama seperti dia menyayangi dirinya sendiri.” HR. Bukhari Selain itu Rasulullah Saw. juga menegaskan, “Seorang muslim adalah orang yang lidah dan tangannya tidak menyakiti muslim lain, dan orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan semua larangan Allah.” HR. Bukhari Diriwayatkan dari Nu’man bin Basyir ra. Bahwa Rasulullah saw. Bersabda “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam saling mencintai, saling mengasihi, dan saling menyayangi, seperti satu tubuh. Apabila satu organ tubuh merasa sakit, akan menjalar kepada semua organ tubuh, yaitu tidak dapat tidur dan merasa demam.” HR. Muslim Perilaku yang Mencerminkan Sikap Persaudaraan Ukhuwwah 1. Menjenguk/mendoakan/membantu teman/orang lain yang sedang sakit atau terkena musibah. 2. Mendamaikan teman atau saudara yang berselisih agar mereka sadar dan kembali bersatu. 3. Bergaul dengan orang lain dengan tidak memandang suku, bahasa, budaya, dan agama yang dianutnya. 4. Menghindari segala bentuk permusuhan, tawuran, ataupun kegiatan yang dapat merugikan orang lain. 5. Menghargai perbedaan sukur, bangsa, agama, dan budaya teman/orang lain.
ilustrasi) Salah satu ciri-ciri keluarga yang hidup rukun adalah saling membantu antaranggota. Selain termasuk ciri-ciri keluarga yang hidup rukun, sikap saling tolong menolong juga bermanfaat dalam lingkungan rumah dan masyarakat, Kids. Menolong enggak hanya bentuk materi namun juga bisa dalam bentuk pikiran atau tenaga.
Jakarta - Secara umum, hibah tidak jauh berbeda dengan hadiah yang sama-sama merupakan bentuk pemberian. Namun, ada rukun hibah yang membedakannya dengan kedua istilah ini memiliki kesamaan, yaitu memberikan sesuatu kepada orang lain, namun tujuan di balik pemberiannya berbeda. Hadiah diberikan sebagai bentuk penghargaan atas prestasi yang telah dicapai, sedangkan hibah tidak memiliki niat atau tujuan tertentu dalam istilah, dikutip dalam Buku Fikih untuk Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah karangan Hasbiyallah, hibah adalah perjanjian yang mengalihkan kepemilikan tanpa adanya imbalan atau ganti rugi yang dilakukan secara sukarela. Hibah melibatkan pemberian kepemilikan atas suatu barang yang dapat diidentifikasi dan dinilai dengan jelas atau tidak jelas karena ada hambatan untuk mengetahuinya. Dalil yang melandasi ini termaktub dalam Surah An Nisa ayat 4 yang berbunyi,وَاٰتُوا النِّسَاۤءَ صَدُقٰتِهِنَّ نِحْلَةً ۗ فَاِنْ طِبْنَ لَكُمْ عَنْ شَيْءٍ مِّنْهُ نَفْسًا فَكُلُوْهُ هَنِيْۤـًٔا مَّرِيْۤـًٔاArtinya "Berikanlah mahar kepada wanita yang kamu nikahi sebagai pemberian yang penuh kerelaan. Kemudian, jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari mahar itu dengan senang hati, terimalah dan nikmatilah pemberian itu dengan senang hati."Berikut rukun hibah yang membedakannya dengan Rukun Hibah dalam Islam1. Wabib yaitu pihak yang memberikan Mauhublahu yaitu pihak yang menerima Mubib merupakan barang atau harta yang diberikan dalam Sigar ijab dan qabul merujuk pada proses perjanjian dan kesepakatan antara pemberi hibah wabib dan penerima hibah mauhublahu.Hibah dapat berupa harta yang berwujud dan dapat diserahkan tanpa ada kewajiban tertentu. Pemberian ini dilakukan ketika pihak yang memberi dan pihak yang menerima hibah masih hidup, tanpa adanya penggantian apa yang dihibahkan bisa dikategorikan sebagai hibah menurut adat dengan penggunaan lafaz hibah atau tamlik. Dalam hibah, berlaku beberapa hal sebagai yang diberikan dalam bentuk yang dapat diidentifikasi secara dapat dilakukan tanpa ada kewajiban yang memberi dan penerima hibah masih ada penggantian yang yang diberikan bisa dikategorikan sebagai hibah menurut adat dengan penggunaan lafaz hibah atau tamlik, yang menunjukkan perpindahan Ada Balas Hibah & Batal HibahLebih lanjut, penerima hibah tidak memiliki kewajiban untuk memberikan imbalan atau balas jasa atas hadiah yang diterima. Ini berarti tidak ada persyaratan atau ketentuan yang mengharuskan penerima hibah memberikan kompensasi setelah menerima yang telah dihibahkan juga tidak dapat ditarik kembali, seperti yang disebutkan dalam hadits Nabi sebagai berikut,العائِدُ في هِبَتِهِ كَالْكَلْبِ يَعُوْدُ فِي قَيْئِهِArtinya "Orang yang mencabut kembali hibahnya seperti anjing yang menjilat kembali muntahannya." HR BukhariRasulullah SAW dalam hadisnya mengingatkan umat Muslim untuk saling berbagi. Hadits tersebut berbunyi,تَهَادُوْا تَحَابَوْاArtinya "Berikanlah hadiah satu sama lain, maka kalian akan saling mencintai." HR BukhariPemberian secara sukarela hanya perlu memenuhi persyaratan-persyaratan hibah, dan pemberi tidak perlu khawatir mengenai jenis harta atau hal lain yang akan diberikan. Setiap barang yang dapat dan sah untuk diperjualbelikan dapat dihibahkan. Simak Video "Cuaca Makkah Panas, Ini Imbauan untuk Jemaah Haji Indonesia" [GambasVideo 20detik] rah/rah
Persatuandan Kasih SayangIslam bertujuan menciptakan keharmonisan masyarakat yang penuh kasih saying. Setiap individu berusaha mendahulukan kemaslaha Persaudaraan Berdasarkan Iman dan Islam Halaman 1 - Kompasiana.com
Lukas 139"Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda."- Ilustrasi renungan internet - Salah satu wujud panggilan orang percaya ialah hidup rukun dalam persaudaran. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata rukun berarti baik dan damai; tidak bertengkar; bersatu hati; bersepakat. Walaupun dalam realitas kehidupan manusia, kerukunan sering diabaikan. Firman Tuhan saat ini menceritakan tentang perjalanan Maria. Ketika ia mendengar bahwa saudara sepupunya Elisabet sedang mengandung diusianya yang sudah tua, tergeraklah hatinya untuk mengunjungi Elisabet. Maka pergilah ia mengunjungi Elisabet yang tinggal di Yehuda. Maria menempuh perjalanan yang panjang dan cukup melelahkan serta membutuhkan perjuangan dan pengorbanan, sebab ia juga sedang mengandung. Kunjungan Maria kepada Elisabet sebagai salah satu tindakan untuk mempererat hubungan persaudaraan sekaligus sebagai tanda hormatnya kepada Elisabet. Sebagai keluarga Kristen kita diajak untuk menjaga hubungan persaudaraan yang rukun karena kesanalah Tuhan memerintahkan berkat kehidupan Mzm. 133. Sambil kita bekerja dan berusaha untuk mengembangkan talenta dan karunia yang Tuhan berikan kepada masing-masing kita baik sebagai bapak, ibu maupun anak-anak. Walaupun dalam hidup ini kita harus menghadapi pencobaan, pergumulan dan tantangan, yakinlah bahwa Tuhan akan menolong dan memberi kemampuan kepada kita asalkan selalu hidup mengandalkan Tuhan dan sungguh-sungguh percaya pada janji-Nya. Demikian kita diingatkan untuk hidup rukun satu dengan yang lain, saling mengasihi antara sesama manusia tetapi juga mengasihi Tuhan yang sudah lebih dahulu mengasihi manusia Mat. 2239. Di minggu adven ini sebagai keluarga Kristen kita diajak untuk belajar dari pengalaman iman yang dimiliki oleh Maria. Ia penuh dengan cinta kasih, dan memiliki ketulusan hati untuk mengunjungi saudaranya. Mari kita saling mengunjungi, menjaga persaudaraan dan hidup saling mengasihi satu dengan yang lain. Amin. DOA Ya Tuhan penuhilah kami dengan kuasa Roh Kudus supaya kami selalu hidup rukun satu dengan yang lainnya dan sungguh-sungguh hidup saling mengasihi. Amin.
Psalms133. Psa 133:1 Nyanyian ziarah Daud. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! Psa 133:2 Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya. Psa 133:3 Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion.
1-3. Apa hasilnya jika kita meniru teladan Yehuwa dalam menunjukkan kasih? ”LEBIH bahagia memberi daripada menerima.” Kisah 2035 Kata-kata Yesus tersebut menandaskan kebenaran yang penting ini Kasih yang tidak mementingkan diri mendatangkan imbalan tersendiri. Meskipun ada banyak kebahagiaan dalam menerima kasih, ada kebahagiaan yang bahkan lebih besar dalam memberikan, atau menunjukkan, kasih kepada orang lain. 2 Tidak ada yang memahami hal ini lebih baik daripada Bapak surgawi kita. Seperti yang kita lihat pada pasal-pasal sebelumnya dari bagian ini, Yehuwa adalah teladan kasih yang terunggul. Tak seorang pun pernah menunjukkan kasih dengan cara yang lebih besar atau selama kurun waktu yang lebih panjang daripada Yehuwa. Jadi, tidak mengherankan, bukan, jika Yehuwa disebut sebagai ”Allah yang bahagia”?—1 Timotius 111. 3 Allah kita yang pengasih menginginkan kita untuk berupaya menjadi seperti Dia, khususnya dalam menunjukkan kasih. Efesus 51, 2 memberi tahu kita, ”Tirulah Allah sebagai anak-anak yang dikasihi, dan teruslah mengasihi.” Jika kita meniru teladan Yehuwa dalam menunjukkan kasih, kita merasakan kebahagiaan yang lebih besar karena memberi. Kita juga merasa puas karena tahu bahwa kita menyenangkan Yehuwa, sebab Firman-Nya mendesak kita untuk ”mengasihi satu sama lain”. Roma 138 Namun, ada alasan-alasan lain lagi mengapa kita hendaknya ’terus mengasihi’. Mengapa Kasih Sangat Penting Kasih menggerakkan kita untuk menyatakan keyakinan terhadap saudara-saudara kita 4, 5. Mengapa penting bagi kita untuk menunjukkan kasih yang rela berkorban kepada rekan seiman? 4 Mengapa penting bagi kita untuk menunjukkan kasih kepada rekan seiman? Singkatnya, kasih adalah inti Kekristenan sejati. Tanpa kasih, kita tidak bisa memiliki ikatan yang erat dengan rekan-rekan Kristen, dan terlebih penting lagi, kita tidak berharga dalam pandangan Yehuwa. Perhatikanlah bagaimana Firman Allah menandaskan kebenaran-kebenaran tersebut. 5 Pada malam terakhir kehidupannya di bumi, Yesus berkata kepada para pengikutnya, ”Aku memberi kalian perintah baru ini Kasihi satu sama lain. Seperti aku sudah mengasihi kalian, kalian juga harus mengasihi satu sama lain. Kalau kalian saling mengasihi, semua orang akan tahu bahwa kalian muridku.” Yohanes 1334, 35 ”Seperti aku sudah mengasihi kalian”—ya, kita diperintahkan untuk menunjukkan jenis kasih seperti yang Yesus perlihatkan. Di Pasal 29, kita memperhatikan bahwa Yesus memberikan teladan yang mengagumkan dalam hal mempertunjukkan kasih yang rela berkorban, mendahulukan kebutuhan dan kepentingan orang lain. Kita juga harus mempertunjukkan kasih yang tidak mementingkan diri, dan kita harus melakukannya dengan sangat nyata sehingga kasih kita terlihat jelas bahkan oleh orang-orang di luar sidang Kristen. Ya, kasih persaudaraan yang rela berkorban adalah tanda yang mengidentifikasi kita sebagai pengikut Kristus yang sejati. 6, 7. a Bagaimana kita tahu bahwa Firman Yehuwa menjunjung tinggi pentingnya menunjukkan kasih? b Kata-kata Paulus yang dicatat di 1 Korintus 134-8 memusatkan perhatian pada aspek kasih yang mana? 6 Bagaimana jika kita kurang memiliki kasih? ”Kalau saya . . . tidak punya kasih,” kata Rasul Paulus, ”saya sama saja seperti gong atau simbal yang berisik.” 1 Korintus 131 Gong atau simbal yang berisik sama-sama menghasilkan suara yang bising. Benar-benar ilustrasi yang cocok! Orang yang tidak memiliki kasih bagaikan alat musik yang bunyinya nyaring dan cempreng, yang bukannya membuat orang tertarik tetapi malah menghindar. Bagaimana mungkin orang seperti itu akrab dengan orang lain? Paulus juga mengatakan, ”Kalau saya . . . punya iman yang sangat kuat sehingga bisa memindahkan gunung, tapi tidak punya kasih, saya tidak ada apa-apanya.” 1 Korintus 132 Coba bayangkan, orang yang tidak memiliki kasih adalah orang yang ”sama sekali tidak berguna”, tidak soal apa pun yang dia lakukan! Terjemahan Baru-LAI Tidakkah jelas bahwa Firman Yehuwa menjunjung tinggi pentingnya menunjukkan kasih? 7 Namun, bagaimana kita dapat menunjukkan sifat ini sewaktu berurusan dengan orang lain? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari kita cermati kata-kata Paulus yang terdapat di 1 Korintus 134-8. Ayat-ayat ini bukan menekankan kasih Allah kepada kita ataupun kasih kita kepada Allah. Sebaliknya, Paulus memusatkan perhatian pada bagaimana kita hendaknya menunjukkan kasih kepada satu sama lain. Dia menjabarkan beberapa hal yang merupakan kasih dan beberapa hal yang bukan merupakan kasih. Apa Kasih Itu 8. Bagaimana kesabaran membantu kita dalam berurusan dengan orang lain? 8 ”Orang yang punya kasih itu sabar.” Itu berarti dia dengan sabar menahan diri untuk tidak melakukan pembalasan terhadap orang lain. Kolose 313 Bukankah kita membutuhkan kesabaran demikian? Karena kita adalah makhluk-makhluk tak sempurna yang melayani bahu-membahu, kita berpikir realistis jika mengantisipasi bahwa adakalanya, saudara Kristen kita mungkin menyakiti kita dan kita mungkin melakukan hal yang sama kepada mereka. Namun, kesabaran dan pengekangan diri dapat membantu kita menanggulangi gesekan-gesekan dan benturan-benturan kecil yang kita alami sewaktu berurusan dengan orang lain—tanpa mengganggu kedamaian sidang. 9. Dengan cara apa saja kita dapat menunjukkan kebaikan hati kepada orang lain? 9 ”Orang yang punya kasih itu . . . baik hati.” Kebaikan hati ditunjukkan melalui tindakan yang bermanfaat dan perkataan yang penuh timbang rasa. Kasih menggerakkan kita mencari cara untuk menunjukkan kebaikan hati, terutama kepada mereka yang paling membutuhkan. Misalnya, seorang rekan seiman yang lanjut usia mungkin kesepian dan perlu dijenguk guna membesarkan hatinya. Seorang ibu tanpa suami atau seorang saudari yang hidup dalam rumah tangga yang terbagi secara agama mungkin perlu bantuan tertentu. Seseorang yang sedang sakit atau menghadapi kesengsaraan tertentu mungkin perlu mendengar kata-kata yang simpatik dari seorang sahabat yang setia. Amsal 1225; 1717 Jika kita berinisiatif untuk menunjukkan kebaikan hati dengan cara-cara demikian, kita memperlihatkan ketulusan kasih kita.—2 Korintus 88. 10. Bagaimana kasih membantu kita menjunjung kebenaran dan berbicara dengan jujur, bahkan sewaktu tidak mudah bagi kita untuk melakukannya? 10 ’Orang yang punya kasih bergembira karena hal-hal yang benar.’ Terjemahan lain berbunyi, ”Kasih . . . senang bersisian dengan kebenaran.” Kasih menggerakkan kita untuk menjunjung kebenaran dan ’jujur saat berbicara kepada orang lain’. Zakharia 816 Misalnya, jika seseorang yang kita kasihi terlibat dalam dosa serius, kasih kepada Yehuwa—dan kepada orang yang berbuat salah tersebut—akan membantu kita berpegang pada standar-standar Allah dan bukannya berupaya menyembunyikan, membenarkan, atau bahkan berdusta tentang perbuatan salah tersebut. Memang, mungkin sulit untuk menerima kenyataan. Namun, kita ingin orang yang kita kasihi tersebut menerima dan menyambut suatu pernyataan disiplin yang pengasih dari Allah, mengingat semua itu demi kebaikan dia. Amsal 311, 12 Sebagai orang Kristen yang pengasih, kita juga berkeinginan untuk ”berlaku jujur dalam segala hal”.—Ibrani 1318. 11. Karena orang yang punya kasih ”menanggung segala beban”, kita hendaknya berupaya melakukan apa sehubungan dengan kelemahan rekan-rekan seiman? 11 ”Orang yang punya kasih menanggung segala beban.” Ungkapan tersebut secara harfiah berarti ”menutupi segala sesuatu”. Kingdom Interlinear Satu Petrus 48 menyatakan, ”Orang yang memiliki kasih selalu rela memaafkan.” Ya, seorang Kristen yang dibimbing oleh kasih tidak berminat membeberkan semua ketidaksempurnaan dan kelemahan saudara-saudara Kristennya. Dalam banyak kasus, kekeliruan dan kesalahan rekan-rekan seiman bersifat sepele dan dapat ditutupi oleh kasih.—Amsal 1012; 179. 12. Bagaimana Rasul Paulus memperlihatkan bahwa dia percaya akan yang terbaik sehubungan dengan Filemon, dan apa yang dapat kita pelajari dari teladan Paulus? 12 ”Orang yang punya kasih . . . percaya segala sesuatu.” Terjemahan Moffatt mengatakan bahwa kasih ”selalu ingin sekali memercayai yang terbaik”. Kita tidak boleh menaruh kecurigaan yang berlebihan terhadap rekan-rekan seiman, meragukan setiap motif mereka. Kasih membantu kita untuk ’percaya yang terbaik’ sehubungan dengan saudara-saudara kita dan menaruh keyakinan kepada mereka. a Perhatikanlah sebuah contoh yang terdapat dalam surat Paulus kepada Filemon. Paulus menulis surat tersebut untuk menganjurkan Filemon agar menerima dengan senang hati kepulangan Onesimus, budak yang melarikan diri, yang telah menjadi seorang Kristen. Ketimbang berupaya memaksa Filemon, Paulus menyampaikannya berdasarkan kasih. Dia menyatakan keyakinannya bahwa Filemon akan melakukan tindakan yang benar, dengan mengatakan, ”Aku yakin bahwa kamu akan setuju, maka aku menulis ini kepadamu, karena aku tahu bahwa kamu akan berbuat lebih banyak daripada yang kukatakan.” Ayat 21 Jika kasih menggerakkan kita untuk menunjukkan keyakinan semacam itu terhadap saudara-saudara kita, kita mengembangkan sifat-sifat terbaik mereka. 13. Bagaimana kita dapat menunjukkan bahwa kita mengharapkan yang terbaik bagi saudara-saudara kita? 13 ”Orang yang punya kasih . . . selalu punya harapan.” Kasih itu penuh kepercayaan, dan juga penuh harapan. Karena dimotivasi oleh kasih, kita mengharapkan yang terbaik bagi saudara-saudara kita. Sebagai contoh, jika seorang saudara ”salah langkah dan belum menyadarinya”, kita berharap dia akan menyambut upaya-upaya pengasih untuk menyesuaikan dia kembali. Galatia 61 Kita juga berharap bahwa orang-orang yang imannya lemah akan pulih kembali. Kita bersabar terhadap orang-orang demikian, melakukan apa yang dapat kita lakukan untuk membantu mereka agar imannya menjadi kuat. Roma 151; 1 Tesalonika 514 Bahkan, jika seseorang yang kita kasihi tersesat, kita tidak berhenti berharap bahwa suatu hari nanti dia akan sadar dan kembali kepada Yehuwa, sebagaimana anak yang hilang dalam perumpamaan Yesus.—Lukas 1517, 18. 14. Dengan cara apa saja ketekunan kita mungkin diuji di dalam sidang, dan bagaimana kasih akan membantu kita menanggapinya? 14 ”Orang yang punya kasih . . . bertekun menghadapi segala sesuatu.” Ketekunan memungkinkan kita berdiri teguh menghadapi kekecewaan atau penderitaan. Ujian-ujian ketekunan tidak hanya datang dari luar sidang. Adakalanya, kita mungkin diuji dari dalam. Karena tidak sempurna, saudara-saudara kita kadang-kadang mengecewakan kita. Pernyataan yang tidak dipikir lebih dahulu bisa menyakiti perasaan kita. Amsal 1218 Bisa jadi, suatu persoalan sidang tidak ditangani sebagaimana yang menurut kita semestinya dilakukan. Tingkah laku seorang saudara yang disegani mungkin mengesalkan, membuat kita berpikir, ’Masa orang Kristen tingkahnya begitu?’ Sewaktu menghadapi situasi-situasi demikian, apakah kita akan menjauh dari sidang dan berhenti melayani Yehuwa? Tidak, jika kita mempunyai kasih! Ya, kasih mencegah kita menjadi sedemikian dibutakan oleh kelemahan seorang saudara sehingga tak dapat lagi melihat hal-hal baik dalam diri saudara tersebut atau dalam sidang secara keseluruhan. Kasih memungkinkan kita tetap setia kepada Allah dan mendukung sidang tidak soal apa pun yang dikatakan atau dilakukan oleh manusia tak sempurna lainnya.—Mazmur 119165. Apa yang Bukan Kasih 15. Mengapa kita tidak boleh merasa iri terhadap orang lain, dan bagaimana kasih bisa membantu kita? 15 ”Orang yang punya kasih . . . tidak iri hati.” Kita tidak boleh merasa iri hati terhadap apa yang dimiliki orang lain, seperti harta, berkat yang mereka dapatkan, atau kesanggupan mereka. Iri hati adalah emosi yang egois dan bersifat merusak yang, jika tidak dikendalikan, dapat merusak kedamaian sidang. Apa yang akan membantu kita melawan kecenderungan untuk iri? Yakobus 45 Jawabannya adalah kasih. Sifat yang berharga ini memungkinkan kita bersukacita bersama orang yang tampaknya memiliki beberapa keberuntungan hidup yang tidak kita miliki. Roma 1215 Kasih membantu kita untuk tidak merasa terhina apabila seseorang dipuji atas kesanggupannya yang unggul atau hasil kerjanya yang menonjol. 16. Jika kita sungguh-sungguh mengasihi saudara-saudara kita, mengapa kita tidak akan membualkan apa yang kita lakukan dalam melayani Yehuwa? 16 ”Orang yang punya kasih . . . tidak membanggakan diri, tidak menjadi sombong.” Kasih mencegah kita memamerkan bakat atau prestasi kita. Jika kita sungguh-sungguh mengasihi saudara-saudara kita, bagaimana mungkin kita terus-terusan membanggakan kesuksesan kita dalam dinas atau tugas-tugas tambahan kita di sidang? Bualan semacam itu dapat mengecilkan hati orang lain, membuat mereka merasa rendah diri. Kasih tidak membuat kita membanggakan diri karena tugas-tugas yang Allah berikan kepada kita. 1 Korintus 35-9 Lagi pula, kasih ”tidak menjadi sombong”, atau seperti The New Testament in Modern English katakan, kasih tidak ”membanggakan gagasan yang dibesar-besarkan demi kepentingannya sendiri”. Kasih mencegah kita memandang diri kita lebih tinggi daripada yang semestinya.—Roma 123. 17. Kasih menggerakkan kita untuk menunjukkan timbang rasa dalam bentuk apa terhadap orang lain, dan karena itu, kelakuan macam apa yang akan kita hindari? 17 ”Orang yang punya kasih . . . tidak berlaku tidak sopan.” Orang yang berlaku tidak sopan bertindak dengan cara yang tidak pantas atau mengesalkan. Perbuatan semacam itu tidak pengasih karena jelas-jelas menunjukkan ketidakpedulian terhadap perasaan dan kesejahteraan orang lain. Sebagai kontras, di dalam kasih ada kemurahan hati yang menggerakkan kita untuk bertimbang rasa terhadap orang lain. Kasih menjunjung tata krama yang baik, tingkah laku yang saleh, dan respek terhadap rekan seiman kita. Oleh karena itu, kasih tidak mengizinkan kita terlibat dalam ”kelakuan memalukan”—ya, perilaku apa pun yang akan mengejutkan atau menyakiti hati saudara-saudara Kristen kita.—Efesus 53, 4. 18. Mengapa orang yang pengasih tidak menuntut agar segala sesuatu dilakukan menurut keinginannya? 18 ”Orang yang punya kasih . . . tidak mementingkan diri.” Revised Standard Version menerjemahkan bagian ini menjadi, ”Kasih tidak berkukuh pada keinginannya sendiri.” Orang yang pengasih tidak menuntut agar segala sesuatu dilakukan menurut keinginannya, seolah-olah pendapatnyalah yang selalu benar. Dia tidak memanipulasi orang lain, tidak menggunakan kemampuan persuasinya guna memojokkan orang-orang yang pandangannya berbeda. Kedegilan semacam itu menyingkapkan adanya kesombongan, dan Alkitab mengatakan, ”Kesombongan berujung pada kehancuran.” Amsal 1618 Jika kita benar-benar mengasihi saudara-saudara kita, kita akan menghargai pandangan mereka, dan jika mungkin, kita akan menunjukkan kesediaan untuk mengalah. Semangat untuk mengalah selaras dengan kata-kata Paulus, ”Setiap orang harus memikirkan kepentingan orang lain, bukan kepentingannya sendiri.”—1 Korintus 1024. 19. Bagaimana kasih membantu kita bereaksi ketika orang lain menyakiti hati kita? 19 ”Orang yang punya kasih . . . tidak cepat marah [dan] tidak menyimpan kekesalan.” Dia tidak mudah terpancing menjadi marah atas apa yang orang lain katakan atau lakukan. Memang, wajar jika kita kesal sewaktu orang lain menyakiti hati kita. Namun, meskipun kita memiliki alasan yang sah untuk marah, kasih tidak membiarkan kita tetap terpancing menjadi marah. Efesus 426, 27 Kita tidak akan menyimpan catatan mengenai kata-kata atau perbuatan yang menyakitkan, seolah-olah menuliskannya pada sebuah neraca lajur sehingga hal-hal itu takkan terlupakan. Sebaliknya, kasih menggerakkan kita untuk meniru Allah kita yang pengasih. Seperti yang kita lihat di Pasal 26, Yehuwa mengampuni apabila ada dasar yang benar untuk melakukannya. Sewaktu mengampuni kita, Dia melupakan dalam arti Dia tidak akan mengungkit-ungkit lagi dosa-dosa tersebut. Tidakkah kita bersyukur bahwa Yehuwa tidak mencatat kerugian? 20. Bagaimana hendaknya reaksi kita jika seorang rekan seiman terjerat oleh dosa dan sebagai akibatnya dia menjadi sangat menderita? 20 ”Orang yang punya kasih . . . tidak bergembira karena hal-hal yang tidak benar.” Dalam The New English Bible ayat ini berbunyi, ”Kasih . . . tidak bergembira atas dosa-dosa orang lain.” Terjemahan Moffatt berbunyi, ”Kasih tidak pernah bahagia apabila orang lain melakukan kesalahan.” Kasih tidak memperoleh kesenangan dalam hal-hal yang tidak benar, maka kita tidak menutup mata terhadap seriusnya perbuatan amoral dalam bentuk apa pun. Bagaimana reaksi kita jika seorang rekan seiman terjerat dosa dan sebagai akibatnya dia menjadi sangat menderita? Kasih tidak akan membiarkan kita bersukacita, seolah-olah mengatakan, ’Bagus! Biar dia tahu rasa!’ Amsal 175 Akan tetapi, kita bersukacita apabila seorang saudara yang telah berbuat salah mengambil langkah-langkah positif untuk memulihkan diri dari kejatuhan rohaninya. ”Jalan yang Jauh Lebih Baik” 21-23. a Apa yang Paulus maksudkan ketika dia mengatakan bahwa ”kasih tidak akan berakhir”? b Apa yang akan dibahas pada pasal terakhir? 21 ”Kasih tidak akan berakhir.” Apa yang Paulus maksudkan dengan kata-kata tersebut? Sebagaimana terlihat dari konteksnya, dia sedang membahas tentang berbagai karunia dari kuasa kudus yang ada di antara orang Kristen masa awal. Karunia-karunia itu merupakan tanda bahwa Allah senang dengan sidang yang baru terbentuk tersebut. Namun, tidak semua orang Kristen dapat menyembuhkan, bernubuat, atau berbicara dalam bahasa-bahasa lain. Akan tetapi, hal itu tidak menjadi masalah; karunia-karunia yang bersifat mukjizat tersebut pada akhirnya akan lenyap. Meskipun demikian, ada sesuatu yang akan tetap ada, sesuatu yang dapat dipupuk oleh setiap orang Kristen. Sesuatu yang lebih menonjol, lebih bertahan daripada karunia-karunia yang bersifat mukjizat mana pun. Malah, Paulus menyebutnya sebagai ”jalan yang jauh lebih baik”. 1 Korintus 1231 Apa ”jalan yang jauh lebih baik” tersebut? Jalan kasih. 22 Ya, kasih Kristen yang Paulus lukiskan ”tidak akan berakhir”. Hingga saat ini, kasih persaudaraan yang rela berkorban mengidentifikasi para pengikut Yesus yang sejati. Tidakkah kita melihat bukti adanya kasih semacam itu di sidang-sidang penyembah Yehuwa di seluas bumi? Kasih tersebut akan ada untuk selama-lamanya karena Yehuwa menjanjikan kehidupan abadi kepada hamba-hamba-Nya yang setia. Mazmur 379-11, 29 Semoga kita terus melakukan yang terbaik untuk ’terus mengasihi’. Dengan melakukannya, kita dapat merasakan kebahagiaan yang lebih besar karena memberi. Lebih dari itu, kita dapat terus hidup—ya, terus mengasihi—selama-lamanya, seraya meniru Allah kita yang pengasih, Yehuwa. Umat Yehuwa dikenal dari kasih mereka kepada satu sama lain 23 Pada pasal ini, yang mengakhiri bagian yang mengulas soal kasih, kita telah membahas tentang bagaimana kita dapat menunjukkan kasih kepada satu sama lain. Namun, mengingat betapa banyak manfaat yang kita peroleh dari kasih Yehuwa—demikian pula dari kuasa, keadilan, dan hikmat-Nya—tepatlah jika kita bertanya, ’Bagaimana saya dapat menunjukkan kepada Yehuwa bahwa saya benar-benar mengasihi Dia?’ Pertanyaan tersebut akan dibahas pada pasal terakhir buku ini.
. 386 410 252 330 344 195 186 263
ilustrasi tentang persaudaraan yang rukun